Selasa, 08 Juli 2014

SOLO KOTA BUDAYA (ISBD)


"Sala" adalah dusun yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II dari tiga dusun yang diajukan kepadanya ketika akan mendirikan istana yang baru, setelah perang suksesi Mataram terjadi di Kartasura. Nama "Surakarta", yang sekarang dipakai sebagai nama administrasi yang mulai dipakai ketika Kasunanan didirikan, sebagai kelanjutan monarki Kartasura.
Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih umum penggunaannya. Kata sura dalam bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta berarti "sempurna"/"penuh". Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Kata sala, nama yang dipakai untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal India, sala, yang bisa Couroupita guianensis atau Shorea robusta.
Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Sunan Pakubuwana II membeli tanah tersebut dari Kyai Sala sebesar 10.000 ringgit (gulden Belanda). Secara resmi, keraton Surakarta Hadiningrat mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745 dan meliputi wilayah Solo Raya dan Daerah Istimewa Yogyakarta modern. Kemudian sebagai akibat dari Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) dan Perjanjian Salatiga (17 Maret 1757) terjadi perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton: Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, dan di Kesultanan Yogyakarta.
Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10 bulan, Solo berstatus sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta.
Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka pada tanggal 16 Juni 1946 pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunagaran. Status Susuhunan Surakarta dan Adipati Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Solo ditetapkan menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) dengan luas daerah 5.677 km². Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, sedangkan tanggal 16 Juni diperingati sebagai hari jadi Kota Solo era modern.
Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.
Solo kini merupakan kota penuh nuansa sejarah dan budaya, memilki tradisi Jawa yang dibanggakan masyakatnya. Sebuah tempat yang akan membuat orang akan terkesima dengan beragam atraksi warisan budaya Jawa kuno. Kota Solo atau disebut juga Surakarta adalah kota kuno yang dibangun Paku Buwana II. Riwayat kota ini tidak bisa lepas dari sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang merupakan penerus Kerajaan Mataram Islam. Surakarta dikenal sebagai salah satu pusat dan inti dari kebudayaan Jawa kuno karena secara tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa. Kemakmuran wilayah ini sejak abad ke-19 telah mendorong berkembangnya berbagai literatur berbahasa Jawa, tarian, makanan, pakaian, arsitektur, dan beragam hasil budaya indah lainnya.
Mengapa sih Solo disebut kota budaya? Ya pastinya karena di Solo banyak sekali budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Dulu Solo bisa disebut kota mati, karena sebelum Walikota Solo Jokowi tidak ada kegiatan yang dapat memopulerkan kota Solo. Akan tetapi Solo kini telah berubah, semua kebudayaan yang ada di sini dikembangkan dan ditunjukkan keseluruh dunia. Mulai batik hingga kesenian daerah Solo tiap tahunya dipamerkan dalam beberpa festival yang diadakan di Solo.
Nah ini beberapa alasan mengapa Kota Solo pantas disebut menjadi Kota Budaya

Festival yang Membangkitkan Budaya Solo

Festival yang diadakan di Kota Solo mengusung tema budaya, semua berhubungan dengan budaya-                            budaya yang ada di Solo dan di Jawa. Hal ini bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada dan untuk promosi kota Solo juga. Berikut ini adalah beberapa Festival atau acara yang rutin diadakan di kota Solo :

a)      Sekaten
Biasanya diaselenggarakan sebelum Maulid Nabi di Alun-Alun Kraton Kasunanan Surakarta.  Pasar rakyat yang memasarkan souvenir dan kerajinan tangan yang tentusaja berbau kebudayaan Jawa. Ada pula pameran benda-benda pusaka di Pagelaran Keraton. Di bangsal Masjid Agung, dibunyikan gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari mulai pukul 09.00-24.00.

b)      Grebeg Mulud
Diselenggarakan pada saat Maulid Nabi di Kraton Kasunanan Surakarta menuju ke Masjid Agung. Puncak dari perayaan Sekaten adalah keluarnya Gunungan dari Keraton menuju Masjid Agung. Setelah didoakan, gunungan kemudian dibagikan kepada masyarakat.

c)      Grebeg Sudiro 
Diselenggarakan pada saaat tahun bari China (imlek) di Kawasan Pasar Gedhe. Acara yang diadakan dalam rangka memperingati tahun baru Imlek dengan berbagai karnaval pertunjukan dan gunungan dari kue keranjang. Pasar Gedhe merupakan pasar yang besar di Solo, di pasar ini merupakan tempat berkumpulnya para keturunan tionghua.

d)     Festival Kethoprak
Biasanya diadakan pada bulan Februari di Gedung Kesenian Balekambang. Pementasan grup-grup ketoprak yang ada di Propinsi Jawa Tengah, yang akan dihadiri sekitar 3.000 pengunjung. Kethoprak merupakan treatrikal drama yang mengusung cerita tentang orang-orang jaman dulu, seperti cerita tentang kerajaan.

e)      Solo Carnaval
16 Februari 2013 di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Karnaval budaya dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Solo yang akan mengangkat thema budaya. Biasanya pada festival ini akan diadakan lomba membuat tumpeng dan akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
  
            f)        Gunungan Charity Boat Race
Diadakan pada bulan Februari wisata Bengawan Solo, sekaligus sebagai kampanye lingkungan hidup menjaga kebersihan sungai. Tahun 2011 dan 2012 event ini banyak diikuti peserta dari Luar Negeri.

g)      Festival Jenang Solo
Diadaka pada bulan Februari di Ngarsopuro.Festival Jenang Solo digelar dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Solo. Dalam acara tersebut dibagikan secara gratis lebih dari 10 ribu beragam jenang kepada masyarakat yang hadir

h)      Solo Menari
Di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Tarian sehari penuh (24 jam) di sepanjang Jalan utama Kota Solo dalam rangka memperingati ”Hari Tari Sedunia”. Di segala sudut kota banyak digelar tari.

i)        Festival Dolanan Bocah
Di kawasan jalan Jendral Sudirman. Atraksi permainan anak-anak tempo dulu yang hingga kini tetap dimainkan oleh anak-anak.

j)        Wayang Orang Plataran
Diadakan di  kawasan jalan Jendral Sudirman. Pagelaran wayang orang yang digelar diarena terbuka untuk mendekatkan seni wayang orang pada masyarakat.

k)      Keraton Art Festival
Di Keraton Kasunanan Surakarta. Ajang yang mempertunjukkan warisan budaya Keraton yang tangible (koleksi pusaka, peninggalan artefak, dll) serta yang intangible (upacara adat, peragaan busana Keraton dsb)
l)        Solo Batik Carnival
 29 Juni 2013 di jalan Slamet Riyadi. Karnaval yang mengambil tema batik. Untuk itu bahan yang digunakan para peserta semuanya juga batik.

m)    Solo Batik Fashion
Diadakan di Balekambang dan ditampilkan fashion-fashion dari para desainer dan artis/ model Nasional. Sebagai barometer mengembangan model dan busana batik nasional.
n)      Pentas Wayang Orang Gabungan
Di GWO Sriwedari. Pagelaran gabungan kelompok-kelompok wayang orang di tanah air yang masih lestari hingga saat ini.

o)      Solo Keroncong Festival
Di Kawasan jl. jendral Sudirman. Menampilkan para seniman keroncong local, nasional, maupun 
International dalam upaya melestarikan musik tradisi dan memupuk rasa nasionalisme.

p)      Solo International Performing Art (SIPA)
Di Pamedan Pura Mangkunegaran. Pegelaran seni internasional yang menampilkan artis-artis dari dalam dan luar negeri yang diikuti sekitar 7 – 10 negara asing

Kantor Pemerintahan dan Pasar Tradisional yang Bernuansa Jawa

Pemerintah kota Solo melakukan renovasi besar-besaran pada kantor pemerintahan (kseperti kantor kelurahan, kantor kecamatan dan balaikota) dan pasar tradisional di kota Solo. Bangunan kantor dan pasar didesain yang menonjolkan kebudayaan Solo, misalnya bentuk bangunanya Joglo dan ornamen-ornamen yang ada dibuat seperti ornamen pada rumah tradisional Jawa Tengah.

3.   Pelestarian Batik dan Baju  Adat

Batik adalah kain dengan corak atau motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam khusus (wax) yang dituliskan atau di cap pada kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang dibuat dengan proses cetak. Solo memiliki banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh. Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris, Batik Danarhadi, dan Batik Semar. Sementara untuk kalangan menengah dapat mengunjungi pusat perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), atau Ria Batik. Selain itu di kecamatan Laweyan juga terdapat Kampung batik Laweyan, yaitu kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546. Kampun batik lainnya yang terkenal untuk para turis adalah Kampung Batik Kauman. Produk-produk batik Kampung Kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon. Keunikan yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik. Artinya, pengunjung memiliki kesempatan luas untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan batik bahkan untuk mencoba sendiri mempraktekkan kegiatan membatik.
Batik Solo memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan (sogan) yang mengisi ruang bebas warna, berbeda dari gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap, mengikuti kecenderungan batik pedalaman. Jenis bahan batik bermacam-macam, mulai dari sutra hingga katun, dan cara pengerjaannya pun beraneka macam, mulai dari batik tulis hingga batik capSetiap tahunnya Solo juga mengadakan Karnaval Batik Solo dan mulai tahun 2010 pemerintah kota Solo mengoperasikan bus yang bercorak batik bernama Batik Solo Trans.
Untuk melestarikan batik dan pakaian adat jawa diadakan Solo Batik Carnival, selain itu pemerintah juga mewajuibkan para pegawai negri sipil untuk memakai pakaian adat setiap hari kamis. Dan untuk para siswa juga diwajibkan memakai baju batik pada hari jumat atau hari sabtu (tergantung kebijakan dari sekolah)

Bahasa Jawa yang Tetap Dilestarikan

Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa Surakarta dialek Mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa Tengahan juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Magelang timur, Semarang, Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus" karena penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname). Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata "inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda dari beberapa varian lain yang melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/), seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan lainnya.
Walaupun dalam kesehariannya masyarakat Solo menggunakan bahasa nasional bahasa Indonesia, namun sejak kepemimpinan wali kota Joko Widodo maka bahasa Jawa mulai digalakkan kembali penggunaannya di tempat-tempat umum, termasuk pada plang nama-nama jalan dan nama-nama instansi pemerintahan dan bisnis swasta

Keraton yang Masih Disakralkan oleh Masyarakat

Walaupun kini sudah masanya masa modern, akan tetapi msyarakat kota Solo masih mensakralkan kraton Surakarta. Masyarakat Solo masih menganggap kraton ini sebagai tempat yang keramat dan memiliki kekuatan mistik di dalamnya. Setiap bulan di hari selasa keliwonpun warga Solo di berikan pertunjukkan tari Bedaya di dalam krato, akan tetapi syaratnya mereka harus memakai jarik (pakaian adat).

Wisata Kuliner Tradisional yang Masih Menjadi Jajanan Favorit Masyarakat Kota Solo

Solo terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Beberapa makanan khas Surakarta antara lain: nasi liwet, nasi timlo, nasi gudeg dan gudeg cakar, pecel desa, cabuk rambak, bestik Solo, selat Solo, bakso Solo, srabi, intip, tengkleng, bakpia, roti mandarin, sate buntel, sate kere, dll. 
Beberapa minuman khas Surakarta antara lain: wedang asle yaitu minuman hangat dengan nasi ketan, wedang dawet gempol pleret (gempol terbuat dari sejenis tepung beras, sedangkan pleret terbuat dari ketan dan gula merah), jamu beras kencur, yaitu jamu kesehatan yang berbeda dari jamu yang lain karena rasanya yang manis, dll. Sementara itu, koridor Gladag setiap malam diubah menjadi pusat jajanan terbesar di Kota Solo dengan nama Galabo (Gladang Langen Bogan).

Begitu banyaknya budaya yang ada di Solo membuat Solo semakin pantas disebut sebagai Kota Budaya, akan tetapi budaya ini tidak akan berkembang apabila tidak dilestarikan. Makadari itu kita sebagai kaum muda harus dapat menjaga dan melestarikan budaya yang ada di Kta Solo ini, sehingga dapat dikenang dan dinikmati sepanjang masa.