"Sala" adalah dusun yang
dipilih oleh Sunan Pakubuwana II dari tiga dusun yang diajukan kepadanya ketika
akan mendirikan istana yang baru, setelah perang
suksesi Mataram terjadi di Kartasura. Nama "Surakarta", yang
sekarang dipakai sebagai nama administrasi yang mulai dipakai ketika Kasunanan
didirikan, sebagai kelanjutan monarki Kartasura.
Pada masa sekarang, nama Surakarta
digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih
umum penggunaannya. Kata sura
dalam bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta berarti "sempurna"/"penuh". Dapat pula
dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura.
Kata sala, nama yang dipakai
untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal India, sala,
yang bisa Couroupita
guianensis atau Shorea
robusta.
Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram
memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Sunan Pakubuwana II membeli
tanah tersebut dari Kyai Sala sebesar 10.000 ringgit (gulden Belanda). Secara
resmi, keraton Surakarta Hadiningrat mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745 dan meliputi wilayah Solo Raya dan Daerah
Istimewa Yogyakarta modern. Kemudian sebagai akibat dari Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) dan Perjanjian Salatiga (17 Maret 1757) terjadi perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton: Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, dan di Kesultanan Yogyakarta.
Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi
setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10
bulan, Solo berstatus sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Daerah
Istimewa Surakarta.
Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di
Surakarta serta kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka
pada tanggal 16 Juni 1946 pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan
kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunagaran. Status Susuhunan Surakarta dan
Adipati Mangkunegara menjadi rakyat biasa di masyarakat dan Keraton diubah
menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Solo ditetapkan
menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta (Residentie
Soerakarta) dengan luas daerah 5.677 km². Karesidenan Surakarta terdiri dari
daerah-daerah Kota Praja Surakarta,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukowati, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, sedangkan
tanggal 16 Juni diperingati sebagai hari jadi Kota Solo era modern.
Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal
4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak
berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi
pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.
Solo kini
merupakan kota penuh nuansa sejarah dan budaya, memilki tradisi Jawa yang
dibanggakan masyakatnya. Sebuah tempat yang akan membuat orang akan terkesima
dengan beragam atraksi warisan budaya Jawa kuno. Kota Solo atau disebut juga Surakarta
adalah kota kuno yang dibangun Paku Buwana II. Riwayat kota ini tidak bisa
lepas dari sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang merupakan
penerus Kerajaan Mataram Islam. Surakarta dikenal sebagai salah satu pusat dan
inti dari kebudayaan Jawa kuno karena secara tradisional merupakan salah satu
pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa. Kemakmuran wilayah ini sejak abad
ke-19 telah mendorong berkembangnya berbagai literatur berbahasa Jawa, tarian,
makanan, pakaian, arsitektur, dan beragam hasil budaya indah lainnya.
Mengapa sih Solo
disebut kota budaya? Ya pastinya karena di Solo banyak sekali budaya yang masih
dilestarikan oleh masyarakatnya. Dulu Solo bisa disebut kota mati, karena
sebelum Walikota Solo Jokowi tidak ada kegiatan yang dapat memopulerkan kota
Solo. Akan tetapi Solo kini telah berubah, semua kebudayaan yang ada di sini
dikembangkan dan ditunjukkan keseluruh dunia. Mulai batik hingga kesenian
daerah Solo tiap tahunya dipamerkan dalam beberpa festival yang diadakan di
Solo.
Nah ini beberapa alasan mengapa Kota
Solo pantas disebut menjadi Kota Budaya
Festival
yang Membangkitkan Budaya Solo
Festival yang diadakan
di Kota Solo mengusung tema budaya, semua berhubungan dengan budaya- budaya yang
ada di Solo dan di Jawa. Hal ini bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada
dan untuk promosi kota Solo juga. Berikut ini adalah beberapa Festival atau
acara yang rutin diadakan di kota Solo :
a) Sekaten
Biasanya diaselenggarakan sebelum
Maulid Nabi di Alun-Alun Kraton Kasunanan Surakarta. Pasar rakyat
yang memasarkan souvenir dan kerajinan tangan yang tentusaja berbau kebudayaan
Jawa. Ada pula pameran benda-benda pusaka di Pagelaran Keraton. Di bangsal
Masjid Agung, dibunyikan gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari mulai
pukul 09.00-24.00.
b) Grebeg Mulud
Diselenggarakan pada saat Maulid
Nabi di Kraton Kasunanan Surakarta menuju ke Masjid Agung. Puncak dari
perayaan Sekaten adalah keluarnya Gunungan dari Keraton menuju Masjid Agung. Setelah
didoakan, gunungan kemudian dibagikan kepada masyarakat.
c) Grebeg
Sudiro
Diselenggarakan pada saaat tahun
bari China (imlek) di Kawasan Pasar Gedhe. Acara yang diadakan dalam rangka
memperingati tahun baru Imlek dengan berbagai karnaval pertunjukan dan gunungan
dari kue keranjang. Pasar Gedhe merupakan pasar yang besar di Solo, di pasar
ini merupakan tempat berkumpulnya para keturunan tionghua.
d) Festival
Kethoprak
Biasanya diadakan pada bulan
Februari di Gedung Kesenian Balekambang. Pementasan grup-grup ketoprak
yang ada di Propinsi Jawa Tengah, yang akan dihadiri sekitar 3.000 pengunjung.
Kethoprak merupakan treatrikal drama yang mengusung cerita tentang orang-orang
jaman dulu, seperti cerita tentang kerajaan.
e) Solo
Carnaval
16 Februari 2013 di sepanjang jalan
Slamet Riyadi. Karnaval budaya dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota
Solo yang akan mengangkat thema budaya. Biasanya pada festival ini akan
diadakan lomba membuat tumpeng dan akan dibagikan secara gratis kepada
masyarakat.
Diadakan pada bulan Februari wisata
Bengawan Solo, sekaligus sebagai kampanye lingkungan hidup menjaga kebersihan
sungai. Tahun 2011 dan 2012 event ini banyak diikuti peserta dari Luar Negeri.
g) Festival
Jenang Solo
Diadaka pada bulan Februari di
Ngarsopuro.Festival Jenang Solo digelar dalam rangka memperingati Hari Jadi
Kota Solo. Dalam acara tersebut dibagikan secara gratis lebih dari 10 ribu
beragam jenang kepada masyarakat yang hadir
h) Solo Menari
Di sepanjang jalan Slamet Riyadi.
Tarian sehari penuh (24 jam) di sepanjang Jalan utama Kota Solo dalam rangka
memperingati ”Hari Tari Sedunia”. Di segala sudut kota banyak digelar tari.
i)
Festival Dolanan Bocah
Di kawasan jalan Jendral Sudirman.
Atraksi permainan anak-anak tempo dulu yang hingga kini tetap dimainkan oleh
anak-anak.
j)
Wayang Orang Plataran
Diadakan di kawasan jalan Jendral Sudirman. Pagelaran
wayang orang yang digelar diarena terbuka untuk mendekatkan seni wayang orang
pada masyarakat.
k) Keraton Art
Festival
Di Keraton Kasunanan Surakarta. Ajang yang
mempertunjukkan warisan budaya Keraton yang tangible (koleksi pusaka,
peninggalan artefak, dll) serta yang intangible (upacara adat, peragaan
busana Keraton dsb)
l)
Solo Batik Carnival
29 Juni 2013 di
jalan Slamet Riyadi. Karnaval yang mengambil tema batik. Untuk itu bahan yang
digunakan para peserta semuanya juga batik.
m) Solo Batik
Fashion
Diadakan di Balekambang dan
ditampilkan fashion-fashion dari para desainer dan artis/ model Nasional.
Sebagai barometer mengembangan model dan busana batik nasional.
n) Pentas
Wayang Orang Gabungan
Di GWO Sriwedari. Pagelaran gabungan
kelompok-kelompok wayang orang di tanah air yang masih lestari hingga saat ini.
o) Solo
Keroncong Festival
Di Kawasan jl. jendral Sudirman.
Menampilkan para seniman keroncong local, nasional, maupun
International dalam
upaya melestarikan musik tradisi dan memupuk rasa nasionalisme.
p) Solo
International Performing Art (SIPA)
Di Pamedan Pura Mangkunegaran.
Pegelaran seni internasional yang menampilkan artis-artis dari dalam dan luar
negeri yang diikuti sekitar 7 – 10 negara asing
Kantor Pemerintahan dan Pasar Tradisional yang Bernuansa Jawa
Pemerintah kota Solo
melakukan renovasi besar-besaran pada kantor pemerintahan (kseperti kantor
kelurahan, kantor kecamatan dan balaikota) dan pasar tradisional di kota Solo.
Bangunan kantor dan pasar didesain yang menonjolkan kebudayaan Solo, misalnya
bentuk bangunanya Joglo dan ornamen-ornamen yang ada dibuat seperti ornamen
pada rumah tradisional Jawa Tengah.
3. Pelestarian
Batik dan Baju Adat
Batik
adalah kain dengan corak atau motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam
khusus (wax) yang dituliskan atau di cap pada kain tersebut, meskipun kini
sudah banyak kain batik yang dibuat dengan proses cetak. Solo memiliki banyak
corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh. Beberapa usaha batik
terkenal adalah Batik
Keris, Batik Danarhadi, dan Batik Semar.
Sementara untuk kalangan menengah dapat mengunjungi pusat perdagangan batik di
kota ini berada di Pasar Klewer,
Pusat Grosir Solo
(PGS), Beteng Trade Center (BTC), atau Ria Batik. Selain itu di kecamatan Laweyan
juga terdapat Kampung batik Laweyan,
yaitu kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang
tahun 1546. Kampun batik lainnya yang terkenal untuk para turis adalah Kampung
Batik Kauman. Produk-produk batik Kampung Kauman dibuat menggunakan bahan sutra
alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon. Keunikan yang
ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil
melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik. Artinya,
pengunjung memiliki kesempatan luas untuk mengetahui secara langsung proses
pembuatan batik bahkan untuk mencoba sendiri mempraktekkan kegiatan membatik.
Batik Solo
memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan (sogan) yang mengisi ruang
bebas warna, berbeda dari gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah.
Pemilihan warna cenderung gelap, mengikuti kecenderungan batik pedalaman. Jenis
bahan batik bermacam-macam, mulai dari sutra hingga katun, dan cara
pengerjaannya pun beraneka macam, mulai dari batik tulis
hingga batik
capSetiap tahunnya
Solo juga mengadakan Karnaval Batik Solo dan mulai tahun 2010
pemerintah kota Solo mengoperasikan bus yang bercorak batik bernama Batik
Solo Trans.
Untuk melestarikan
batik dan pakaian adat jawa diadakan Solo Batik Carnival, selain itu pemerintah
juga mewajuibkan para pegawai negri sipil untuk memakai pakaian adat setiap
hari kamis. Dan untuk para siswa juga diwajibkan memakai baju batik pada hari
jumat atau hari sabtu (tergantung kebijakan dari sekolah)
Bahasa Jawa yang Tetap
Dilestarikan
Bahasa yang
digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa Surakarta dialek Mataraman (Jawa
Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa Tengahan juga
dituturkan di daerah Yogyakarta, Magelang timur, Semarang, Pati, Madiun, hingga
sebagian besar Kediri.
Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian
halus" karena penggunaan kata-kata krama yang
meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang digunakan di
tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa
nasional (dan internasional, seperti di Suriname).
Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata
"inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda
dari beberapa varian lain yang melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/),
seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih
mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan lainnya.
Walaupun dalam
kesehariannya masyarakat Solo menggunakan bahasa nasional bahasa
Indonesia, namun sejak kepemimpinan wali kota Joko Widodo
maka bahasa Jawa mulai digalakkan kembali penggunaannya di tempat-tempat umum,
termasuk pada plang nama-nama jalan dan nama-nama instansi pemerintahan dan
bisnis swasta
Keraton yang Masih Disakralkan oleh Masyarakat
Walaupun
kini sudah masanya masa modern, akan tetapi msyarakat kota Solo masih
mensakralkan kraton Surakarta. Masyarakat Solo masih menganggap kraton ini
sebagai tempat yang keramat dan memiliki kekuatan mistik di dalamnya. Setiap
bulan di hari selasa keliwonpun warga Solo di berikan pertunjukkan tari Bedaya
di dalam krato, akan tetapi syaratnya mereka harus memakai jarik (pakaian
adat).
Wisata Kuliner Tradisional yang Masih Menjadi Jajanan Favorit
Masyarakat Kota Solo
Solo terkenal
dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Beberapa makanan khas Surakarta
antara lain: nasi liwet, nasi timlo, nasi gudeg dan gudeg cakar, pecel desa, cabuk
rambak, bestik Solo, selat Solo,
bakso Solo, srabi, intip, tengkleng, bakpia,
roti mandarin, sate buntel, sate kere, dll.
Beberapa minuman
khas Surakarta antara lain: wedang asle yaitu minuman hangat dengan nasi
ketan, wedang dawet
gempol pleret (gempol terbuat dari sejenis tepung beras,
sedangkan pleret terbuat dari ketan dan gula merah), jamu beras
kencur, yaitu jamu kesehatan yang berbeda dari jamu yang lain karena
rasanya yang manis, dll. Sementara itu, koridor Gladag setiap malam diubah
menjadi pusat jajanan terbesar di Kota Solo dengan nama Galabo (Gladang Langen
Bogan).
Begitu banyaknya budaya yang ada di Solo membuat Solo semakin pantas disebut sebagai Kota Budaya, akan tetapi budaya ini tidak akan berkembang apabila tidak dilestarikan. Makadari itu kita sebagai kaum muda harus dapat menjaga dan melestarikan budaya yang ada di Kta Solo ini, sehingga dapat dikenang dan dinikmati sepanjang masa.
0 komentar:
Posting Komentar