Bapaknya ini penter, trus istrinya juga pinter, anaknya pun ikut-ikut pinter waaahhhh iri banget deh aku :( hehehehe ya tapi aku senenglah dapat kenal ama orang-orang hebat seperti mereka. Nih artikel aku dapet dari http://sipil.ft.uns.ac.id , jadi kalo kalian ingin info lain tentang teknik sipil monggo di klik linknya :)
langsung ya ke artikelnya, semoga bermanfaat :)
PENGERINGAN KAYU
Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.
(Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 15 Desember 2013)
Salah
satu masalah penting dalam pengolahan kayu sebelum digunakan sebagai
bahan/material konstruksi, mebel atau pembuatan material berbahan dasar
kayu adalah masalah pengeringan kayu. Setelah penebangan tanaman kayu,
log kayu masih mengandung air yang relatif besar. Kandungan air pada
kayu sangat mempengaruhi karakteristik kayu.
Pengeringan
kayu ini bertujuan untuk mengeluarkan air dari dalam kayu hingga
mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan, dimana kayu akan
digunakan, tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut. Pengeringan kayu
dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara alami dan menggunakan alat
pengering/penguap.
Pengeringan
secara alami dilakukan dengan menjemur di bawah panas sinar matahari
atau mengangin-anginkan pada suhu ruang. Kandungan air dalam kayu secara
perlahan akan menguap menyesuaian dengan kondisi lingkungan. Terkadang
pengeringan alami ini membutuhkan waktu yang lebih lama, tergantung pada
kondisi cuaca. Sedangkan pengeringan dengan menggunakan alat pengering,
membutuhkan ruangan khusus yang suhu (panas) ruangannya dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan kecepatan pengeringan kayu.
Proses
penguapan air atau pengeringan ini tentu harus dikontrol dengan baik
karena akan sangat mempengaruhi kondisi fisik material kayu. Beberapa
keuntungan dari proses pengeringan kayu yang baik adalah a) pada
pengeringan dengan kadar air tertentu dapat menghindarkan kayu dari
tumbuhnya jamur, b) dapat menstabilkan dimensi kayu, tidak mengalami
susut dan mengembang yang berlebihan, retak ataupun pecah, c) warna kayu
menjadi lebih cerah, d) dapat meningkatkan rendemen kayu yang
berkualitas baik, d) memudahkan dalam melakukan pengecatan dan finishing
kayu. Apabila tidak dikontrol dengan baik, seperti terjadinya
penyusutan atau perubahan dimensi kayu yang cukup drastis. Bahkan
beberapa kasus dapat menyebabkan terjadinya retakan-retakan antar serat
kayu, atau terjadinya puntiran (atau ngulet dalam bahasa Jawa).
Pengeringan
harus dilakukan untuk mencapai kadar air yang seimbang, yaitu kadar air
dimana kayu tidak akan mengeluarkan atau menyerap air dari lingkungan
sekitarnya. Kadar air yang diinginkan tentunya disesuaikan dengan tujuan
pemakaian material kayu nantinya, apakah dalam kondisi lingkungan
dengan kelembaban lingkungan tinggi atau rendah, dalam lingkungan yang
langsung berhubungan dengan cuaca atau tidak.
Kayu
untuk kemasan dan alat musik umumnya mensyaratkan kadar air berkisar 5%
- 10%, termasuk kayu yang digunakan pada lingkungan dengan pemanas di
sekitarnya. Sehingga setelah digunakan kayu tidak akan mengalami
penyusutan yang lebih besar. Sedangkan untuk kusen pintu, jendela mebel
dalam ruangan berkisar antara 10% - 16%. Umumnya untuk menghindari
timbulnya jamur dan bubuk/serangga kayu basah, kadar air yang
disyaratkan maksimal sebesar 20%. Kadar air keseimbangan ini juga
dipengaruhi kondisi kelembaban lingkungan geografis tempat kayu berada.
Beberapa kota di Indonesia mempunyai kelembaban yang berbeda-beda,
umumnya berkisar antara 10% - 19%.
Pada
pengeringan kayu menggunakan ruangan khusus pengering, maka hal yang
harus diperhatikan adalah bahwa ruangan harus tersedia energi panas yang
cukup sesuai dengan kapasitasnya, dan sirkulasi udara yang baik untuk
meratakan panas ke selurah permukaan kayu, serta ketepatan susunan
penumpukan kayu dalam ruangan.
Penumpukan
kayu yang baik dilakukan terlebih dahulu untuk kayu dengan ketebalan
yang sama, pengganjal penumpuk kayu sebaiknya dari jenis kayu yang sama.
Setelah itu, peningkatan suhu (panas) yang didistribusikan dalam
ruangan harus dilakukan secara bertahap. Pada awal pengeringan dapat
digunakan suhu sekitar 40-500C disesuaikan dengan jenis dan
kondisi kayu. Ketahanan kayu terhadap panas juga perlu diperhatikan,
apabila tahan panas, maka setelah kadar air mencapai sekitar 20%, maka
suhu dapat dinaikkan sampai 800C atau lebih. Pemantauan
setiap saat mutlak dilakukan agar pengeringan dapat terkontrol dengan
baik. Dapat pula dilakukan pengambilan sampel/contoh selama proses
pengeringan untuk mengetahui kelembaban dan kadar airnya. Pengukuran
kadar air ini, dapat dilakukan dengan menggunakan alat secara langsung,
atau dibandingkan juga dengan pengukuran menggunakan neraca dan oven.
Proses pengeringan dihentikan setelah kayu mencapai kadar air yang
diinginkan.
Disamping itu, hal yang juga penting dalam proses pengeringan kayu
ini adalah proses penyimpanan kayu yang telah dikeringkan di dalam
gudang. Penumpukan di gudang harus dijaga agar kelembabannya stabil
sehingga tidak meningkatkan penyerapan air kembali ke dalam kayu.***
1 komentar:
Mas ahmad ada artikel tentang perencanaan lapangan terbang gak iya yg berbentuk PDF
Posting Komentar