Sabtu, 08 Februari 2014

Pengeringan Kayu by Achmad Basuki ST.,MT.

Hari ini aku mau ngeposting tentang artikel yang pernah dosen aku buat dan diterbitkan di salah satu koran di solo. Dosenku ini ternyata adalah suami dari guru aku SMA, waaaahhh dunia ini sempit banget yak hehehehe
Bapaknya ini penter, trus istrinya juga pinter, anaknya pun ikut-ikut pinter waaahhhh iri banget deh aku :( hehehehe ya tapi aku senenglah dapat kenal ama orang-orang hebat seperti mereka. Nih artikel aku dapet dari http://sipil.ft.uns.ac.id , jadi kalo kalian ingin info lain tentang teknik sipil monggo di klik linknya :)
langsung ya ke artikelnya, semoga bermanfaat :)

PENGERINGAN KAYU
Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.
(Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 15 Desember 2013)


Salah satu masalah penting dalam pengolahan kayu sebelum digunakan sebagai bahan/material konstruksi, mebel atau pembuatan material berbahan dasar kayu adalah masalah pengeringan kayu. Setelah penebangan tanaman kayu, log kayu masih mengandung air yang relatif besar. Kandungan air pada kayu sangat mempengaruhi karakteristik kayu.
Pengeringan kayu ini bertujuan untuk mengeluarkan air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan, dimana kayu akan digunakan, tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut. Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara alami dan menggunakan alat pengering/penguap.
Pengeringan secara alami dilakukan dengan menjemur di bawah panas sinar matahari atau mengangin-anginkan pada suhu ruang. Kandungan air dalam kayu secara perlahan akan menguap menyesuaian dengan kondisi lingkungan. Terkadang pengeringan alami ini membutuhkan waktu yang lebih lama, tergantung pada kondisi cuaca. Sedangkan pengeringan dengan menggunakan alat pengering, membutuhkan ruangan khusus yang suhu (panas) ruangannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan kecepatan pengeringan kayu.

Proses penguapan air atau pengeringan ini tentu harus dikontrol dengan baik karena akan sangat mempengaruhi kondisi fisik material kayu. Beberapa keuntungan dari proses pengeringan kayu yang baik adalah a) pada pengeringan dengan kadar air tertentu dapat menghindarkan kayu dari tumbuhnya jamur, b) dapat menstabilkan dimensi kayu, tidak mengalami susut dan mengembang yang berlebihan, retak ataupun pecah, c) warna kayu menjadi lebih cerah, d) dapat meningkatkan rendemen kayu yang berkualitas baik, d) memudahkan dalam melakukan pengecatan dan finishing kayu. Apabila tidak dikontrol dengan baik, seperti terjadinya penyusutan atau perubahan dimensi kayu yang cukup drastis. Bahkan beberapa kasus dapat menyebabkan terjadinya retakan-retakan antar serat kayu, atau terjadinya puntiran (atau ngulet dalam bahasa Jawa).
Pengeringan harus dilakukan untuk mencapai kadar air yang seimbang, yaitu kadar air dimana kayu tidak akan mengeluarkan atau menyerap air dari lingkungan sekitarnya. Kadar air yang diinginkan tentunya disesuaikan dengan tujuan pemakaian material kayu nantinya, apakah dalam kondisi lingkungan dengan kelembaban lingkungan tinggi atau rendah, dalam lingkungan yang langsung berhubungan dengan cuaca atau tidak.
Kayu untuk kemasan dan alat musik umumnya mensyaratkan kadar air berkisar 5% - 10%, termasuk kayu yang digunakan pada lingkungan dengan pemanas di sekitarnya. Sehingga setelah digunakan kayu tidak akan mengalami penyusutan yang lebih besar. Sedangkan untuk kusen pintu, jendela mebel dalam ruangan berkisar antara 10% - 16%. Umumnya untuk menghindari timbulnya jamur dan bubuk/serangga kayu basah, kadar air yang disyaratkan maksimal sebesar 20%. Kadar air keseimbangan ini juga dipengaruhi kondisi kelembaban lingkungan geografis tempat kayu berada. Beberapa kota di Indonesia mempunyai kelembaban yang berbeda-beda, umumnya berkisar antara 10% - 19%.
Pada pengeringan kayu menggunakan ruangan khusus pengering, maka hal yang harus diperhatikan adalah bahwa ruangan harus tersedia energi panas yang cukup sesuai dengan kapasitasnya, dan sirkulasi udara yang baik untuk meratakan panas ke selurah permukaan kayu, serta ketepatan susunan penumpukan kayu dalam ruangan.
Penumpukan kayu yang baik dilakukan terlebih dahulu untuk kayu dengan ketebalan yang sama, pengganjal penumpuk kayu sebaiknya dari jenis kayu yang sama. Setelah itu, peningkatan suhu (panas) yang didistribusikan dalam ruangan harus dilakukan secara bertahap. Pada awal pengeringan dapat digunakan suhu sekitar 40-500C disesuaikan dengan jenis dan kondisi kayu. Ketahanan kayu terhadap panas juga perlu diperhatikan, apabila tahan panas, maka setelah kadar air mencapai sekitar 20%, maka suhu dapat dinaikkan sampai 800C atau lebih. Pemantauan setiap saat mutlak dilakukan agar pengeringan dapat terkontrol dengan baik. Dapat pula dilakukan pengambilan sampel/contoh selama proses pengeringan untuk mengetahui kelembaban dan kadar airnya. Pengukuran kadar air ini, dapat dilakukan dengan menggunakan alat secara langsung, atau dibandingkan juga dengan pengukuran menggunakan neraca dan oven. Proses pengeringan dihentikan setelah kayu mencapai kadar air yang diinginkan.
Disamping itu, hal yang juga penting dalam proses pengeringan kayu ini adalah proses penyimpanan kayu yang telah dikeringkan di dalam gudang. Penumpukan di gudang harus dijaga agar kelembabannya stabil sehingga tidak meningkatkan penyerapan air kembali ke dalam kayu.***

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mas ahmad ada artikel tentang perencanaan lapangan terbang gak iya yg berbentuk PDF

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar